Wednesday, 4 January 2012

Yang Benar Tetap Benar - Semuga Mendapat Menafaat...Insyallah


Yang Haram Tetap Haram, Yang Halal Tetap Halal

Terlebih dahulu marilah kita bersama-sama menghadiahkan Al Fatihah kepada Allahyarham Syeikh Farouk Ibrahim rakan sepermainan Ku yang telah pergi menemui Ilahi semasa Sujud didalam Solat Subuh pada Tahun 2009 dan telah bersama-sama dengan Ku berjuang dari Teluk Balqan hingga ke Benua Africa, dari Benua Africa hingga ke Benua India dan dari Benua India hingga ke  Nusantara….. Al Fatihah
سُوۡرَةُ الفَاتِحَة
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ (١)
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (٢) ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ (٣) مَـٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ (٤) إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ (٥) ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٲطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ (٦) صِرَٲطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ (٧)

Semuga Artikel ini memberi menafaat kepada semua…Insyallah
Yang Haram Tetap Haram, Yang Halal Tetap Halal
Orang yang tidak mengenali keburukan, mudah terjebak ke dalamnya. Orang yang tidak tahu ciri-ciri kepalsuan, cepat terpedaya dengannya. Ada orang ingin membeli permata, malangnya terbeli kaca, lantaran tidak arif yang mana manikam, dan yang mana kaca.
Dalam perihal agama juga begitu. Mahu mengenal Iman yang hakiki, mestilah mempelajari apa itu kufur dengan segala cabang-cabangnya. Mempelajari Tauhid yang suci, mestilah dirangkaikan dengan ilmu mengenai syirik dan bahagian-bahagiannya. Erti sebenar ketaatan tidak akan diketahui jika tidak mengetahui apa itu maksiat. Keteguhan kepada sunnah tidak akan difahami jika tidak kenal apa itu Bidaah. Begitulah seterusnya. Setiap perkara dipelajari dengan lawannya.Kaedah inilah yang diisyaratkan di dalam hadis Huzaifah bin Al-Yaman. Beliau berkata,
“Orang ramai bertanya Rasulullah Sallallahu Alahi Wasallam tentang kebaikan, dan aku pula bertanya baginda tentang keburukan kerana takut ia menimpaku”. (Sahih Bukhari dan Muslim)
Hari ini telah berlaku dimana penggikut satu-satu Jemaah, badan,kempulan dan parti telah menyeleweng dengan tidak sengaja telah mengada-adakan sesuatu perkara hingga dia menjadi Bidaah
 Menganggap guru mereka tidak melakukan dosa. Atau dengan kata lain guru mereka maksum, seperti para Nabi.
Lihat bagaimana Syiah Rafidhah mempercayai bahawa imam-imam mereka yang 12 orang adalah manusia maksum, tidak melakukan dosa. Kepercayaan seperti ini menunjukkan kesesatan mereka.
Perkara Bidaah dalam Islam
Definisi Bid’ah secara Istilah Syarie
Bid’ah adalah : Setiap keyakinan, ‘amalan atau lafadz yang diada-adakan setelah wafatnya Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam dengan niat untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada ALLAH Azza wa Jalla, padahal tidak ada dalil yang menunjukkannya baik dari Kitab (Al-Qur’an), Sunnah maupun dari perbuatan para pendahulu yang shaleh (salafush shaleh).
Adapun jenis- jenis Bid’ah terbagi menjadi 5, semuanya sesat dan sebagiannya lebih jelek dari yang lainnya.
1. Bid’ah I’tiqodiyah, yaitu : semua keyakinan yang menyelisihi Kitab (Al-Qur’an) dan Sunnah,
seperti : orang yang meyakini bahwa Qutub-Qutub, Badal-badal dan Ghauts-Ghauts memiliki daya upaya di dalam (pengaturan) alam atau mengetahui yang ghaib. Ini merupakan kekufuran karena mengandung kesyirikan di dalam Rubbubiyyah ALLAH serta kesyirikan dalam Al-Asma wa shifat ALLAH Azza wa Jalla.
2. Bid’ah Lafdziyah, yaitu : semua lafadz yang dilafadzkan oleh seseorang dalam rangka beribadah sedangkan dia menyelisihi Kitab (Al-Qur’an) dan Sunnah, seperti : orang yang berdzikir kepada ALLAH dengan nama mufrad ‘ALLAH’ atau dengan nama ganti ‘HUWA’. Lihat Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu Ta’ala 10/226-229.
3. Bid’ah ‘Amaliyah, yaitu : semua gerakan yang muncul dari seorang manusia dalam rangka beribadah sedangkan gerakan itu menyelisihi Kitab (Al-Qur’an) dan Sunnah, seperti : orang yang berjoget atau bergoyang-goyang ketika berdzikir.
4. Bid’ah Maliyah, yaitu : semua harta yang dibelanjakan dalam rangka beribadah pada suatu perkara yang menyelisihi Kitab (Al-Qur’an) dan Sunnah, seperti : memberikan harta untuk membangun kubah-kubah di atas kuburan dan membuat tabut-tabut/peti-peti di atasnya.
5. Bid’ah Tarkiyah, yaitu : setiap orang yang meninggalkan sesuatu dari agama atau sesuatu yang mubah dalam rangka beribadah, seperti : orang yang tidak mau menikah atau tidak mau makan daging dalam rangka ibadah.
Begitu juga sesetengah ajaran kempulan yang menyifatkan Mursyidul mereka sebagai tidak berdosa. Tidak berani menggunakan perkataan ‘Maksum’ yang khas bagi para Nabi, mereka mencipta istilah lain, iaitu ‘Mahfuz’. Hakikat dan maksudnya sama iaitu mengangkat guru setaraf dengan Nabi Sallallahu Alahi Wasallam.
Imam Malik bin Anas (wafat: 179H) berkata, “Setiap orang diambil kata-katanya dan ditolak. Kecuali empunya kubur ini (Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam)”.
DALIL YANG HALAL DAN YANG HARAM TELAH JELAS
عن أبي عبدالله النعمان بن بشير رضي الله عنهما قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقولإن الحلال بين و الحرام بين , وبينهما مشتبهات قد لا يعلمهن كثير من الناس , فمن اتقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه , ومن وقع في الشبهات فقد وقع في الحرام , كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يرتع فيه , ألا وأن لكل ملك حمى , ألا وإن حمى الله محارمه , إلا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله , وإذا فسدت فسد الجسد كله , ألا وهي القلب
Dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhuma berkata,
”Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya yang Halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang samar-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar itu, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya, dan barangsiapa terjerumus dalam wilayah samar-samar maka ia telah terjerumus kedalam wilayah yang haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar daerah terlarang maka hampir-hampir dia terjerumus kedalamnya. Ingatlah setiap raja memiliki larangan dan ingatlah bahwa larangan Alloh apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”.
[Bukhari no. 52, Muslim no. 1599]
Bahagian hadis yang berbunyi.. “Sesungguhnya yang Halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang samar-samar”
maksudnya dalam sesuatu perkara itu terbahagi kpd 3 keadaan..haram,syubahat dan halal..
Sesuatu yang ditegaskan halalnya oleh Allah,maka adalah halal, seperti firman Allah (QS. Al-Maa’idah 5 : 5),”Aku Halalkan bagi kamu hal-hal yang baik dan makanan (sembelihan) ahli kitab halal bagi kamu” dan firman-Nya dalam (QS. An-Nisaa 4:24), “Dan dihalalkan bagi kamu selain dari yang tersebut itu” dan lain-lainnya.
segala yang haram itu telah jelas di hukumkan dalam Al-Quran..seperti ayat-ayat berikut:
(QS. An-Nisaa’ 4:23), “Diharamkan bagi kamu (menikahi) ibu-ibu kamu, anak-anak perempuan kamu …..” dan firman Allah (QS. Al-Maa’idah 5:96), “Diharamkan bagi kamu memburu hewan didarat selama kamu ihram”. Juga diharamkan perbuatan keji yang terang-terangan maupun yang tersembunyi. Setiap perbuatan yang Allah mengancamnya dengan hukuman tertentuatau siksaan atau ancaman keras, maka perbuatan itu haram.
Al halalu bayyin..wal haramu bayyin.. (yang halal itu dh jelas,yg haram itu juga dh jelas)
Dan mengenai perkara yang syubhat (samar2) iaitu setiap hal yang dalilnya masih dalam pembicaraan atau pertentangan, maka menjauhi perbuatan seumpama itu termasuk wara’(memelihara diri).Ulama2 mempunyai pendapat yang berbeza dalam perkara syubhat..Sebahagian Ulama berpendapat bahawa perkara syubhat adalah haram hukumnya berdasarkan sabda Rasulullah, “barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar itu, bererti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya”.Maka sesiapa yg tidak menyelamatkan agama dan kehormatannya, bermakna dia telah terjerumus kedalam perbuatan haram.
Sebagian lain lagi berkata bahwa syubhat yang tersebut pada hadis ini tidak dapat dikatakan halal atau haram, kerana Rasulullah menempatkannya diantara halal dan haram, oleh sbb itu kita memilih diam saja, dan berdiam diri dari perkara syubhat itu termasuk sifat wara’ juga.Menjauhi sesuatu keadaan yg boleh timbulnya fitnah juga adalah merupakan sebahagian dari memelihara diri dari perkara syubhat
.
Sebagian Ulama berpendapat, syubhat itu ada tiga
1.Sesuatu yang sudah diketahui haramnya oleh manusia tetapi orang itu ragu apakah masih
 haram hukumnya atau tidak. misalnya makan daging haiwan yang tidak pasti cara penyembelihannya, maka daging seperti ini haram hukumnya kecuali terbukti dengan yakin telah disembelih (sesuai aturan Allah).
2.Sesuatu yang halal tetapi masih diragukan kehalalannya, seperti seorang laki-laki yang punya istri namun ia ragu-ragu, apakah dia telah menjatuhkan thalaq kepada istrinya atau belum, ataukah isterinya seorang perempuan budak atau sudah dimerdekakan. Hal seperti ini hukumnya mubah(harus) hingga diketahui kepastian haramnya, dasarnya adalah hadits ‘Abdullah bin Zaid yang ragu-ragu tentang hadas, padahal sebelumnya ia yakin telah bersuci.
3.Seseorang ragu-ragu tentang sesuatu dan tidak tahu apakah hal itu haram atau halal, dan kedua kemungkinan ini bisa terjadi sedangkan tidak ada petunjuk yang menguatkan salah satunya. Hal semacam ini sebaiknya dihindari, sebagaimana Rasulullah pernah melakukannya pada kasus sebuah kurma yang jatuh yang beliau temukan dirumahnya, lalu Rasulullah bersabda : “Kalau saya tidak takut kurma ini dari barang zakat, tentulah saya telah memakannya”.Adapun orang yang mengambil sikap hati-hati yang berlebihan, seperti tidak menggunakan air bekas yang masih suci karena khuwatir terkena najis, atau tidak mahu solat disuatu tempat yang bersih karena khuwatir ada bekas air kencing yang sudah kering, mencuci pakaian karena khuwatir pakaiannya terkena najis yang tidak diketahuinya dan sebagainya, sikap seperti ini tidak perlu diikuti, sebab berhati-hati yang berlebihan tanda adanya halusinasi dan bisikan syaitan serta was was, kerana dalam masalah tersebut tidak ada masalah syubhat sedikitpun. Wallahu a’lam.
Bahagian, “kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” maksudnya tidak mengetahui tentang halal dan haramnya, atau orang yang mengetahui hal syubhat tersebut didalam dirinya masih tetap menghadapi keraguan antara dua hal tersebut, jika dia mengetahui sebenarnya atau kepastiannya, maka keraguannya menjadi hilang sehingga hukumnya PASTI halal atau haram. Hal ini menunjukkan bahawa masalah syubhat mempunyai hukum tersendiri yang diterangkan oleh syari’at sehingga sebahagian orang ada yang mampu mengetahui hukumnya dengan jelas.
Kemudia dalam bahagian, “maka barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar itu, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya” maksudnya menjaga dari perkara yang syubhat.
Kalimat, “barangsiapa terjerumus dalam wilayah samar-samar maka ia telah terjerumus kedalam wilayah yang haram” ...diibaratkan tiap-tiap raja memiliki kawasan larangan dan andai memasukinya akan dihukum..Maka ALLAH yang Maha Berkuasa juga memiliki sempadan larangan iaitu segala yang haram..dianalogikan seperti gembala kambing yang mebawa haiwan ternakannya meragut di kawasan berdekatan kawasan terlarang.Walaupun pada awalnya tidak ada sesuatu yang membahayakannya dan ternakannya pada zahir tetapi bila sudah kerap kali dalam keadaan itu,memungkinkan untuk terjerumus ke dalam kws larangan (perbuatn yang haram) tanpa disedari..na'uzubillahi min zalik..hal ini boleh terjadi dalam dua keadaan :
1.Orang yang tidak bertaqwa kepada Allah dan tidak mempedulikan perkara syubhat maka hal semacam itu akan menjerumuskannya kedalam perkara haram, atau karena sikap sembrononya membuat dia berani melakukan hal yang haram, seperti kata sebahagian orang : “Dosa-dosa kecil dapat mendorong perbuatan dosa besar dan dosa besar mendorong pada kekafiran”
2.Orang yang sering melakukan perkara syubhat bererti telah menzalimi hatinya, karena hilangnya cahaya ilmu dan sifat wara’ kedalam hatinya, sehingga tanpa disadari dia telah terjerumus kedalam perkara haram. Terkadang hal seperti itu menjadikan perbuatan dosa jika menyebabkan pelanggaran syari’at
Kalimat, “Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya” yang dimaksud adalah hati, betapa pentingnya daging ini walaupun bentuknya kecil, daging ini disebut Al-Qalb (hati) yang merupakan anggota tubuh yang paling terhormat, karena ditempat inilah terjadi perubahan gagasan(sesuatu perkara), sebahagian penyair bersenandung, “Tidak dinamakan hati kecuali karena menjadi tempat terjadinya perubahan gagasan, karena itu waspadalah terhadap hati dari perubahannya”
Allah berfirman, “Tidakkah mereka mau berkelana dimuka bumi karena mereka mempunyai hati untuk berfikir, atau telinga untuk mendengar…” (QS. Al-Hajj 22:46). Allah telah melengkapi dengan anggota tubuh yang lain untuk tunduk dan patuh kepada akal. Apa yang sudah dipertimbangkan akal, anggota tubuh tinggal melaksanakan keputusan akal itu, jika akalnya baik maka perbuatannya baik, jika akalnya bejat, perbuatannya juga pincang.
Bila kita telah memahami hal diatas, maka kita dapat menangkap dengan jelas sabda Rasulullah , “Ingatlah bahwa dalam jasad ada seketul daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rosak maka rosaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”.
Kita memohon kepada Allah semoga Dia menjadikan hati kita yang buruk menjadi baik…Insyallah
Terjemahan Kitab : Al-Qoulul Mufid fii Adilatit Tauhid : Penjelasan tentang Tauhid, pengarang Asy-Syaikh Muhammad bin Adul Wahab bin Ali Al-Yamani Al-Wushobi Al 'abdali.
Pewaris Wasiat : Semoga perkongsian ini bermanfaat buat semua..Allah Rahmati semua..

No comments:

Post a Comment